DEFINISI O.C :
Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik pada rongga mulut yang
disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Kandida terutama Kandida
albikan. Kandida merupakan organisme komensal normal yang banyak ditemukan
dalam rongga mulut dan membran mukosa vagina. Dalam rongga mulut,
Kandida albikan dapat melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah,
dan daerah palatum. Selain Kandida albikan, ada 10 spesies Kandida yang juga
ditemukan yaitu C.tropicalis, C.parapsilosis, C.krusei, C.kefyr, C. glabrata,
dan C.guilliermondii, C.pseudotropicalis, C.lusitaniae, C.stellatoidea, dan
C.dubliniensis, dengan C.albikan yang paling dominan dijumpai dan paling
berperan dalam menimbulkan kandidiasis oral. (256)
Salah satu kemampuan yang dari Candida albicans
adalah kemampuan untuk tumbuh dalam dua cara, reproduksi dengan tunas,
membentuk tunas elipsoid, dan bentuk hifa, yang dapat meningkatkan misela baru
atau bentuk seperti jamur.
ETIOLOGI :
Kandidiasis
oral merupakan suatu infeksi jamur yang umumnya disebabkan oleh jamur Kandida
albikan. Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis oral terdiri atas faktor
lokal dan sistemik.
Faktor lokal penyebab terjadinya kandidiasis oral:
- Penggunaan
gigi tiruan : Penggunaan gigi tiruan dapat memberikan lingkungan yang kondusif
bagi pertumbuhan jamur Kandida yaitu lingkungan dengan pH yang rendah, sedikit
oksigen, dan keadaan anaerob. Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi
tiruan penuh rahang atas menderita infeksi Candida, hal ini dikarenakan pH yang
rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang sedikit mengakibatkan Candida
albicans tumbuh pesat
- Xerostomia : Xerostomia merupakan suatu kondisi
dimana mulut terasa kering. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi
saliva, penggunaan obat-obatan (obat antihipertensi), terapi radiasi dan
kemoterapi.
- Kebiasaan
merokok : Adanya kebiasaan merokok dapat menyebabkan iritasi kronis dan panas
yang mengakibatkan perubahan vaskularisasi dan sekresi kelenjar liur. Seperti yang diketahui, di dalam saliva
terdapat komponen anti Kandida seperti lisozim, histatin, laktoferin, dan
calprotectin, sehingga apabila produksi
saliva berkurang seperti pada keadaan xerostomia dan perokok, maka Kandida
dapat mudah berkembang.
- Malnutrisi
/ malabsorpsi (defisiensi besi, asam folat atau vitamin)
- Acidic
saliva / diet kaya karbohidrat
- Oral
epithelial dysplasia
- Kebersihan
mulut dan gigi yang jelek
- Terapi
antibiotika jangka panjang
Faktor sistemik penyebab terjadinya kandidiasis oral
:
- Faktor yang mengubah status kekebalan ;
a) Orang tua / bayi / kehamilan.
Orangtua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena
status imunologi yang tidak sempurna.
b) Penyakit keganasan
c) Infeksi HIV / gangguan imunodefisiensi lainnya
d) Kelainan endokrin (hipotiroid atau hipoparatiroid,
diabetes melitus, hipoadrenalism)
e) Terapi kortikosteroid
- Kemoterapi
- Radioterapi
Faktor Resiko
Pada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak
menyebabkan masalah apapun dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor,
jamur tersebut dapat tumbuh secara berlebihan dan menginfeksi rongga mulut.
Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Patogenitas Jamur
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi Kandida
adalah adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim
ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel Kandida ke dinding sel
epitel host. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa diketahui berhubungan dengan
patogenitas dan proses penyerangan Kandida terhadap sel host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler
seperti aspartyc proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas Kandida
albikan.
b. Faktor host
Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
faktor lokal dan faktor sistemik. Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan
fungsi kelenjar ludah yang dapat menurunkan jumlah saliva. Saliva penting dalam
mencegah timbulnya kandidiasis oral karena efek pembilasan dan antimikrobial
protein yang terkandung dalam saliva dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari
Kandida, itu sebabnya kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi Sjogren
syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi
sekresi saliva. Pemakaian gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi faktor resiko
timbulnya kandidiasis oral. Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan
penuh rahang atas menderita infeksi Kandida, hal ini dikarenakan pH yang
rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang sedikit mengakibatkan Kandida
tumbuh pesat. Selain dikarenakan faktor lokal, kandidiasis juga dapat
dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia, penyakit sistemik seperti
diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti leukemia,
defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas
dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.
EPIDEMIOLOGI :
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik
pria maupun wanita. Kejadiannya juga dihubungkan dengan faktor-faktor predisposisi
seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, penggunaan antibiotik oral, dan
pengobatan antirertoviral. Secara epidemiologi menurut laporan World Health
Organization (WHO) tahun 2001 frekuensi kandidiasis oral antara 5,8% sampai
98,3%. Terdapat sekitar 30-40% Candida albicans pada rongga mulut orang dewasa
sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada
anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88%
pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia
akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS (Repentigny,2004).
Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans ini
dihubungkan dengan kelompok penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani
transplantasi dan kemoterapi maligna. Odds dkk ( 1990 ) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah
penderita kandidiasis (Mourent, 2010).
Penyebab utama kandidiasis ialah Candida albicans.
Spesies lain seperti Candida krusei, Candida stellatoidea, Candida tropicalis,
Candida pseudotropicalis, dan Candida parapsilosis, umumnya bersifat apatogen
(Siregar, 2005).
Kandida dapat dengan mudah tumbuh di dalam media
Sabauroud dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni: menonjol
dari permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, bewarna putih
kekuning-kuningan, dan berbau ragi. Jamur kandida dapat hidup di dalam tubuh
manusia, hidup sebagai parasit atau saprofit, yaitu di dalam alat percernaan,
alat pernapasan, vagina orang sehat (Siregar, 2005).
Pada bayi bisa mendapatkan jamur candida dengan
beberapa cara, antara lain, vagina ibu ketika persalinan, alat-alat seperti
dot, mulut bayi tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan
sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat
PATOFISIOLOGI :
Adapun mekanisme infeksi Kandida Albikan pada sel
inang sangat kompleks. Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenesis dan
proses infeksi adalah adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa
(morfogenesis) dan produksi enzim hidrolitik ekstraseluler. Adhesi merupakan
proses melekatnya sel Kandida albikan ke sel inang. Perubahan bentuk dari ragi
ke hifa berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Kandida terhadap
sel inang yang diikuti pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara
spesies Kandida untuk mempertahankan diri dari obat antifungi. Ada keyakinan
bahwa bentuk hifa adalah invasif dan patogen, sedangkan bentuk ragi tidak
bersifat patogen. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyl
proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas Kandida albikan.
PATOGENESIS :
Secara alamiah Candida ditemukan di permukaan tubuh
manusia (mukokutan), bila terjadi suatu perubahan pada inang, jamur penyebab
atau keduanya maka terjadi infeksi. Beberapa factor virulensi Candida albicans
antara lain: kemampuan adhesi, kemampuan mengubah diri secara cepat dari ragi
kehifa, memproduksi enzim hidrolitik (proteinase asam dan fosfolipase)
perubahan fenotip dan ketidakstabilan kromosom, variasi antigenik, mimikri, dan
produksi toksin.
Faktor inang yang menyebabkan infeksi baik lokal
maupun invasive oleh Candida. Pemakaian antibiotika menyebabkan proporsi jamur
meningkat, kapasitas imun inang menurun akibat lekopenia dan pemberian
kortikosteroid, pada AIDS fungsi sel T yang terganggu karena intervensi virus
HIV melalui kulit dan mukosa yang dimungkinkan karena peran lektin yang
spesifik pada sel dendrite, DC-SIGN sehingga mampu berikatan dengan virus HIV
meskipun tidak mampu mengantarkan masuk kedalam sel, tetapi memudahkan transport
HIV oleh dendrite ke organ limfoid dan menambah jumlah limfosit T yang terinfeksi.
Munculnya lesi pada mukosa akibat intervensi HIV yang diperantarai peran lektin
dan DC-SIGN yang mengakibatkan infeksi jamur pada mukosa mulut dan mukosa lain
ditubuh, mengawali munculnya infeksi sekunder pada mulut penderita. Hifa
Candida albicans memiliki kemampuan untuk menempel erat pada epitel manusia
dengan perantara protein dinding hifa, hal ini dimungkinkan karena protein ini
memiliki susunan asam amino mirip dengan substrat transaminase keratinosit
mamalia sehingga diikat dan menempel pada sel epithelial. Selain itu pada jamur
ini terdapat mannoprotein yang mirip integrin vertebrata sehingga jamur ini
mampu menempel ke matriks ekstraseluler seperti fibronektin kolagen, dan
laminin. Selain itu hifa juga mengeluarkan proteinase dan fosfolipase yang
mencerna sel epitel inang sehingga invasi lebih mudah terjadi
PATOGENESIS :C.A
Menempelnya
mikroorganisme dalam jaringan sel host menjadi syarat
mutlak
untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi
antara
mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding
sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Makanan dan protein
merupakan
molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas
adhesif.
Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans
juga
berperan dalam aktifitas adhesif. Setelah terjadi proses penempelan, Candida
albicans berpenetrasi
ke dalam sel epitel mukosa. Enzim yang berperan adalah
aminopeptidase
dan asam fosfatase, yang terjadi setelah proses penetrasi
tergantung
dari keadaan imun dari host.12
Candida albicans berada
dalam tubuh manusia sebagai saprofit dan
infeksi
baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu. Faktorfaktor
yang
dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara lain
disebabkan
oleh :
1.
Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk.
2.
Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus
3.
Kehamilan
4.
Rangsangan setempat pada kulit oleh cairan yang terjadi
terus menerus,
misalnya
oleh air, keringat, urin atau air liur.
5.
Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan
sitostatik.
Faktor
predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida
albicans
serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena
adanya
perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme
pertahanan
lokal dan sistemik. Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan
tekanan
dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam
jaringan
dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut
merusak
jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan
sebagai
faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan
fosfolipase.
Candida albicans menyebabkan
penyakit sistemik progresif pada
penderita
yang lemah atau sistem imunnya tertekan, terutama jika imunitas
perantara
sel terganggu. Candida dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah,
tromboflebitis,
endokarditis atau infeksi pada mata dan organ-organ lain bila
dimasukkan
secara intravena (keteter, jarum, hiperalimenasi, penyalahgunaan
narkotika
dan sebagainya).
Infeksi
kandidiasis dapat diobati dan mengakibatkan komplikasi minimal
seperti
kemerahan, gatal dan ketidaknyamanan, meskipun komplikasi bisa berat
atau
fatal jika tidak ditangani sesegera mungkin. Dalam bidang kesehatan,
kandidiasis
adalah infeksi lokal biasanya pada mukosa membran kulit, termasuk
rongga
mulut (sariawan) faring atau esofagus, saluran pencernaan, kandung
kemih,
atau alat kelamin (vagina, penis). Tidak terkontrolnya pertumbuhan
Candida
karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan
penggunaan
obat-obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang
menyerang
sistem imun seperti Acquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS).
yang
biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol.
Infeksi
jamur bisa menyebar ke seluruh tubuh. Dalam Penyakit kandidiasis
sistemik, hingga 75
persen orang bias meninggal.
PATOGENESIS STEROID :
Obat steroid seperti
yang telah dibahas sebelumnya, memiliki efek imunosupresi. Hal ini dapat
disebabkan oleh kemampuan obat steroid dalam menghambat fungsi makrofag. Efek
terhadap makrofag tersebut menandai dan membatasi kemampuannya untuk memfagosit
dan membunuh mikroorganisme. Aktivasi limfosit T dan produksi limfosit B juga
dihambat oleh obat steroid. Antibodi sebagai salah satu komponen penting dalam
sistem imunitas manusia dapat ditekan produksinya oleh pemakaian obat steroid
terutama apabila digunakan dalam dosis besar.11,27 Seperti yang kita ketahui,
makrofag, limfosit T , limfosit B, dan juga antibodi merupakan komponen penting
yang berfungsi sebagai sistem pertahanan dan imunitas tubuh manusia yang juga
terdapat dalam rongga mulut. Namun, komponen-komponen tersebut diatas dapat
terganggu fungsinya akibat pemakaian obat steroid yang mana obat ini dapat menekan
sistem imunitas manusia. Dalam keadaan imun yang lemah, maka infeksi akan mudah
menyerang seseorang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di dalam rongga
mulut manusia terdapat banyak flora normal yang salah satunya adalah jamur
Kandida. Pada keadaan sistem imun yang baik, jamur Kandida tidak menimbulkan
penyakit. Namun, penggunaan obat steroid dapat menurunkan sistem imun dalam
rongga mulut. Dengan sistem imun yang lemah, maka jamur Kandida dalam rongga
mulut bisa menjadi patogen dan menimbulkan infeksi yang disebut kandidiasis.
0 komentar:
Posting Komentar