Flickr Images

Selasa, 05 Maret 2019

MAKALAH TRIGEMINAL NEURALGIA

1. DEFINISI
Trigeminal neuralgia menurut IASP ( International Association for the study of Pain ) ialah nyeri di wajah yang timbulnya mendadak, biasanya unilateral. Nyerinya singkat dan berat seperti ditusuk disalah satu atau lebih cabang nervus trigeminus. Sementara menurut International Headache Society trigeminal neuralgia nyeri adalah nyeri wajah yang menyakitkan, nyeri singkat seperti tersengat listrik pada satu atau lebih cabang nervus trigeminus. Nyeri biasanya muncul akibat stimulus ringat seperti mencuci muka, bercukur, gosok gigi, berbicara.
II.        ANATOMI DAN FISIOLOGI
Nervus trigeminus adalah saraf otak motorik dan sensorik. Serabut motoriknya mempersarafi muskulus maseter, temporalis, pterigoideus internus et eksternus, tensor timpani, omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus.
Inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut motoriknya bergabung dengan serabut-serabut sensorik nervus trigeminus yang berasal dari ganglion Gasseri. Serabut-serabut sensoriknya menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba dan perasaan proprioseptif. Kawasannya ialah wajah dan mukosa lidah dan rongga mulut serta lidah, dan rongga hidung. Impuls proprioseptif, terutama berasal dari otot-otot yang dipersarafi oleh cabang mandibular sampai ke ganglion Gasseri.4
Cabang pertama N.V. ialah cabang oftalmikus. Ia menghantarkan impuls protopatik dari bola mata serta rung orbita, kulit dahi sampai vertex. Impuls sekretomotorik dihantarkan ke glandula lakrimalis. Serabut-serabut dari dahi menyusun nervus frontalis. Ia masuk melalui ruang orbita melalui foramen supraorbitale. Serabut-serabut dari bola mata dan rongga hidung bergabung menjadi seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris. Berkas saraf yang menuju ke glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus lakrimalis. Ketiga berkas saraf, yakni nervus frontali, nervus nasosiliaris dan nervus lakrimalis saling mendekat pada fisura orbitalis superior dan di belakang fisura tersebut bergabung menjadi cabang I N.V. (nervus oftalmikus). Cabang tersebut menembus duramater dan melanjutkan perjalanan di dalam dinding sinus kavernosus. Pada samping prosesus klinoideus posterior ia keluar dari dinding tersebut dan berakhir di ganglion Gasseri.4
Cabang kedua ialah cabang maksilaris yang hanya tersusun oleh serabut-serabut somatosensorik yang menghantarkan impuls protopatik dari pipi, kelopak mata bagian bawah, bibir atas, hidung dan sebagian rongga hidung, geligi rahang atas, ruang nasofarings, sinus maksilaris, palatum molle dan atap rongga mulut. Serabut-serabut sensorik masuk ke dalam os. maksilaris melalui foramen infraorbitalis. Berkas saraf ini dinamakan nervus infraorbialis. Saraf-saraf dari mukosa cavum nasi dan rahang atas serta geligi atas juga bergabung dalam saraf ini dan setelahnya disebut nervus maksilaris, cabang II N.V. Ia masuk ke dalam rongga tengkorak melalui foramen rotundum kemudian menembus duramater untuk berjalan di dalanm dinding sinus kavernosus dan berakhir di ganglion Gasseri. Cabang maksilar nervus V juga menerima serabut-serabut sensorik yang berasal dari dura fossa crania media dan fossa pterigopalatinum.4
Cabang mandibularis (cabang III N.V. tersusun oleh serabut somatomotorik dan sensorik serta sekretomotorik (parasimpatetik). Serabut-serabut somatomotorik muncul dari daerah lateral pons menggabungkan diri dengan berkas serabut sensorik  yang dinamakan cabang mandibular ganglion gasseri. Secara eferen, cabang mandibular keluar dari  ruang intracranial melalui foramen ovale dan tiba di fossa infratemporalis. Di situ nervus meningea media (sensorik) yang mempersarafi meninges menggabungkan diri pada pangkal cabang madibular. Di bagian depan fossa infratemporalis, cabang III N.V. bercabang dua . Yang satu terletak lebih belakang dari yang lain. Cabang belakang merupakan pangkal dari saraf aferen dari kulit daun telinga (nervus aurikulotemporalis), kulit yang menutupi rahang bawah, mukosa bibir bawah, dua pertiga bagian depan lidah (nervus lingualis), glandula parotis dan gusi rahang bawah ( nervus dentalis inferior) dan serabut eferen yang mempersarafi otot-otot omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus Cabang anterior dari cabang madibular terdiri dari serabut aferen yang menghantarkan impuls dari kulit dan mukosa pipi bagian bawah dan serabut eferen yang mempersyarafi otot-otot temporalis, masseter, pterigoideus dan tensor timpani. Serabut-serabut aferen sel-sel ganglion gasseri bersinaps di sepanjang wilayah inti nukleus sensibilis prinsipalis (untuk raba dan tekan)serta nukleus spinalis nervi trigemini (untuk rasa nyeri) dan dikenal sebagai tractus spinalis nervi trigemini.4
2. etiologi
Saat ini ada tiga etiologi yang paling populer. Teori pertama berdasarkan pada penyakit yang berhubungan, kedua adalah trauma langsung pada saraf dan teori ketiga merambat asal polyetiologic penyakit. Penyakit yang berhubungan seperti gangguan dari vaskularisasi, multipel sklerosism diabetes melitus, rematoid, dan lain-lain. Pada trauma langsung pada saraf dibagi menjadi dua bagian yaitu trauma pada bagian perifer dan sentral. Teori yang ketiga yaitu polyetiologic, faktor yang mungkin dapat berpengaruh dan menimbulkan demielinisasi dan disatrofi.
Penyebab-penyebab dari terjadinya neuralgia trigeminal adalah penekanan mekanik oleh pembuluh darah, malformasi arteri vena disekitarnya, penekanan oleh lesi atau tumor, sklerosis multipel, kerusakan secara fisik dari nervus trigeminus oleh karena pembedahan atau infeksi, dan yang paling sering adalah faktor yang tidak diketahui. Penekanan mekanik pembuluh darah pada akar nervus ketika masuk ke batang otak yang paling sering terjadi, sedangkan di atas bagian nervus trigeminus atau portio minor jarang terjadi
3. KLASIFIKASI
IHS (International Headache Society) membedakan Neuralgia Trigeminal  menjadi NT klasik dan NT simptomatik. Termasuk NT klasik adalah semua kasus yang etiologinya belum diketahui (idiopatik). Sedangkan NT simptomatik dapat diakibatkan karena tumor, multipel sklerosis atau kelainan di basis kranii.4
Perbedaan neuralgia trigeminus idiopatik dan simptomatik.4
Trigminal Neuralgia Idiopatik:
1.         Nyeri bersifat paroksimal dan terasa diwilayah sensorik cabang maksilaris, sensorik cabang maksilaris dan atau mandibularis.
2.         Timbulnya serangan bisa berlangsung 30 menit yang berikutnya menyusul antara beberapa detik sampai menit.
3.         Nyeri merupakan gejala tunggal dan utama.
4.         Penderita berusia lebih dari 45 tahun , wanita lebih sering terkena dibanding laki-laki.
Trigeminal Neuralgia Simptomatik:
1.         Nyeri berlangsung terus menerus dan terasa dikawasan cabang optalmikus atau nervus infra orbitalis.
2.         Nyeri timbul terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang timbul kembali.
3.         Disamping nyeri terdapat juga anethesia/hipestesia atau kelumpuhan saraf kranial, berupa gangguan autonom ( Horner syndrom ).
4.         Tidak memperlihatkan kecendrungan pada wanita atau pria dan tidak terbatas pada golongan usia.

4. GEJALA
Trigeminal neuralgia memberikan gejala dan tanda sebagai berikut :
1.         Rasa nyeri berupa nyeri neuropatik, yaitu nyeri berat paroksimal, tajam, seperti menikam, tertembak, tersengat listrik, terkena petir, atau terbakar yang berlangsung singkat beberapa detik sampai beberapa menit tetapi kurang dari dua menit, tiba-tiba dan berulang. Diantara serangan biasanya ada interval bebas nyeri, atau hanya ada rasa tumpul ringan.
2.         Lokasi nyeri umumnya terbatas di daerah dermatom nervus trigeminus dan unilateral. Tersering nyeri didaerah distribusi nervus mandibularis (V2) 19,1% dan nervus maksilaris (V3) 14,1% atau kombinasi keduanya 35,9% sehingga paling sering rasa nyeri pada setengah wajah bawah. Jarang sekali hanya terbatas pada nervus optalmikus (V3) 3,3%. Sebagian pasien nyeri terasa diseluruh cabang nervus trigeminus (15,5%) atau kombinasi nervus maksilaris dan optalmikus (11,5%). Jarang ditemukan kombinasi nyeri pada daerah distribusi nervus optalmikus dan mandibularis (0,6%).
3.         Trigeminal neuralgia dapat dicetuskan oleh stimulus non-noksius seperti perabaan ringan, getaran, atau stimulus mengunyah. Nyeri pada trigeminal neuralgia dapat mengalami remisi dalam satu tahun atau lebih. Pada periode aktif neuralgia, karakteristik terjadi peningkatan frekuensi dan beratnya serangan nyeri secara progresif sesuai dengan berjalannya waktu.
4.         Sekitar 18% penderita dengan trigeminal neuralgia, pada awalnya nyeri atipikal yang makin lama menjadi tipikal, disebut preneuralgia trigeminal. Nyeri terasa tumpul, terus-menerus pada salah satu rahang yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stimulus termal dapat menimbulkan nyeri berdenyut sehingga sering dianggap sebagai nyeri dental.

5. GEJALA
Kriteria diagnosis trigeminal neuralgia menurut International Headache Society adalah sebagai berikut:13
A.        Serangan – serangan paroxysmal pada wajah, nyeri di frontal yang berlangsung beberapa detik tidak sampai 2 menit.
B.        Nyeri setidaknya bercirikan 4 sifat berikut:
1.         Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus, tersering pada cabang mandibularis atau maksilaris.
2.         Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba , kuat, tajam , superficial, serasa menikam atau membakar.
3.         Intensitas nyeri hebat , biasanya unilateral, lebih sering disisi kanan.
4.         Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari seperti makan, mencukur, bercakap cakap, mambasuh wajah atau menggosok gigi, area picu dapat ipsilateral atau kontralateral.
5.         Diantara serangan , tidak ada gejala sama sekali.
C.        Tidak ada kelainan neurologis.
D.        Serangan bersifat stereotipik.
E.         Tersingkirnya kasus-kasus nyeri wajah lainnya melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus bila diperlukan.
7. Gejala Klinis
Gejala klinis neuralgia trigeminal adalah nyeri yang sangat hebat, yang digambarkan oleh sebagian besar penderita sebagai nyeri yang paling buruk dari semua nyeri yang pernah mereka rasakan, dan pada kasus yang lebih berat, risiko bunuh diri pada penderita ini meningkat. Nyeri pada neuralgia trigeminal bersifat paroksismal. Di antara episode nyeri, penderita tidak merasakan gejala apapun, kecuali perasaan takut akan serangan nyeri yang berikutnya. Sensasi nyeri yang dirasakan seperti terbakar, seperti petir yang tiba-tiba menyambar. Serangan nyeri yang bersifat paroksismal ini dapat berlangsung selama 15 menit atau lebih. Frekuensi serangan bervariasi dari beberapa kali dalam sehari sampai beberapa kali dalam sebulan. Ketika rasa sakit menyerang, penderita tidak dapat berbicara, bahkan penderita seringkali menggosok atau mencubit wajahnya untuk menghilangkan sensasi nyeri tersebut. Gerakan wajah dan rahang juga dapat menimbulkan rasa nyeri. Kadang-kadang, terdapat lakrimasi ipsilateral yang prominen. Tidak ada penurunan sensorik yang ditemukan setelah serangan paroksismal tersebut terjadi, tetapi penderita bisa saja mengeluhkan suatu hiperestesia fasial.
8 Diagnosis
Pada saat ini belum ada tes yang dapat diandalkan dalam mendiagnosa  neuralgia trigeminal. Diagnosis neuralgia trigeminal dapat ditegakkan dengan anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik umum dan neurologis, serta pemeriksaan penunjang.8
1. Anamnesis
Dari anamnesis, informasi yang yang dapat diperoleh pada penderita neuralgia trigeminal adalah nyeri wajah unilateral yang bersifat menyayat dan dipicu oleh gerakan mengunyah atau aktivitas yang serupa atau dengan menyentuh area wajah yang terkena. Neuralgia trigeminalmengenai bagian kanan wajah lima kali lebih sering dibandingkan dengan bagian kiri wajah. Beberapa penderita dapat mengalami sindrom pre-neuralgia trigeminal beberapa minggu sampai beberapa tahun sebelumnya sebelum benar-benar mengalami neuralgia trigeminal. Mereka mengeluhkan nyeri pada sinus yang tak kunjung sembuh atau sakit gigi yang berjam-jam, yang dipicu oleh gerakan memindahkan rahang atau ketika sedang minum. Sayangnya, penderita seringkali berkunjung ke dokter gigi untuk pertama kali. Dan beberapa di antara mereka membaik dengan pengobatan carbamazepin.7,8
Karakteristik gejala neuralgia trigeminaladalah adanya ‘zona pemicu’, yang mana jika terstimulasi, akan menimbulkan nyeri tipikal yang paroksismal. Zona-zona ini meliputi area pipi, bibir, atau hidung yang dapat distimulus oleh gerakan wajah, mengunyah, menerapkan make up, bercukur atau, rangsangan sentuh. Penderita neuralgia trigeminal tidak akan melakukan gerakan ekspresi wajah selama percakapan, tidak makan selama berhari-hari, atau bahkan menghindari tiupan angin untuk mencegah terjadinya serangan. 7,8
         Kriteria diagnosis neuralgia trigeminal klasik (menurut IHS):
a.         Serangan nyeri paroksismal yang berlangsung dari hitungan detik sampai 2 menit, mempengaruhi satu atau lebih divisi dari nervus trigeminus dan memenuhi kriteria B dan C.
b.         Nyeri memiliki setidaknya satu dari karakteristik berikut:
           Intens, tajam, superfisial atau menusuk-nusuk.
           Diawali dari daerah pemicu atau faktor pemicu.
c.         Serangan yang stereotip pada individu pasien.
d.         Tidak ada bukti defisit neurologis secara klinis.
e.         Tidak berkaitkan dengan penyakit lain.
         Kriteria diagnosis neuralgia trigeminal simptomatik (menurut IHS):
a.         Serangan nyeri paroksismal yang berlangsung dari hitungan detik sampai 2 menit, dengan atau tanpa denyi yang menetap di antara serangan, mempengaruhi satu atau lebih divisi dari nervus trigeminus dan memenuhi kriteria B dan C.
b.         Nyeri memiliki setidaknya satu dari karakteristik berikut:
           Intens, tajam, superfisial atau menusuk-nusuk.
           Diawali dari daerah pemicu atau faktor pemicu.
c.         Serangan yang stereotip pada individu pasien.
d.         Akibat lesi kausatif, selain kompresi vaskular, telah dilakukan pemeriksaan penunjang dan atau  pada eksplorasi fossa posterior.11
2. Pemeriksaan Neurologis
         Sensorik dari N.V
Pemeriksaan sensibilitas pada daerah dermatom N.V, yakni daerah V1 oftalmikus, V2 maksilaris, dan V3 mandibularis.
         Motorik dari N.V
Ada beberapa permeriksaan, yaitu:
           Merapatkan gigi: raba m. masseter dan m. temporalis, bandingkan kiri dan kanan.
           Buka mulut: melihat adanya deviasi rahang dan jika ada trismus.
           Menggerakan rahang ke kiri-kanan melawan tahanan pemeriksa dan menonjolkan rahang: untuk mengetahui sisi yang paresis.
           Menggigit tongue spatula dengan geraham: membandingkan kedalaman bekas gigitan kiri-kanan.
         Reflek
           Reflek masseter: letakkan satu jari di dagu pasien dan diketuk dengan palu reflek. Positif bila mulut tertutup akibat kontraksi m. masseter dan m. temporalis.
           Reflek kornea: ada 2, reflek kornea langsung dan konsensuil. Pasien melirik ke lateral, dengan kapas pemeriksa mengusapkan ujung kapas pada limbus. Positif atau normalnya pasien berkedip.
           Reflek menetek: bila bibir penderita disentuh dengan pensil, ada kecenderungan penderita menyedot pensil tersebut.
           Reflek bersin: penggelitikan mukosa hidung, positif bila responnya bersin.
         Nyeri Tekan
Perhatikan bila ada nyeri tekan pada daerah keluarnya cabang nervus trigeminus, yaitu pada foramen supraorbitale, foramen infraorbitale, dan foramen mentale

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang lebih bertujuan untuk membedakan trigeminal neuralgia yang idiopatik atau simptomatik. CT Scan kepala untuk melihat keberadaan tumor. Sklerosis multiple dapat terlihat dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI ini sering digunakan sebelum tindakan pembedahan untuk melihat kelainan pembuluh darah. Diagnosa trigeminal neuralgia dibuat dengan mempertimbangkan riwayat kesehatan dan gambaran rasa sakitnya. Sementara tidak ada pemeriksaan diagnostik yang dapat mempertegas adanya kelainan ini. Teknologi CT Scan dan MRI sering digunakan untuk melihat adanya tumor atau abnormalitas lain yang menyebabkan sakit tersebut. Pemeriksaan MRTA (high-definition MRI angiography) pada nervus trigeminal dan brain stem dapat menunjukkan daerah nervus yang tertekan oleh vena atau arteri. Sebagai tambahan, dilakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan stimuli pemicu, dan lokasi yang pasti dari sakitnya. Pemeriksaan termasuk inspeksi komea, nostril, gusi, lidah dan di pipi untuk melihat bagaimana daerah tersebut merespon sentuhan dan perubahan suhu (panas dan dingin).
7.tatalak
Seperti diketahui terapi dari trigeminal neuralgia ada 2 macam yaitu terapi medikamentosa dan terapi pembedahan. Telah disepakati bahwa penanganan lini pertama untuk trigeminal neulalgia adalah terapi medikamentosa. Tindakan bedah hanya dipertimbangkan apabila terapi medikamentosa mengalami kegagalan
a. Terapi Farmakologi
Peneliti-peneliti dalam bidang nyeri neuropatik telah mengembangkan beberapa pedoman terapi farmakologik. Dalam guidline EFNS ( European Federation of Neurological  Society ) disarankan terapai neuralgia trigeminal dengan carbamazepin ( 200-1200 mg  sehari ) dan oxcarbamazepin ( 600-1800mg sehari ) sebagai terapi lini pertama. Sedangkan terapai lini kedua adalah baclofen dan lamotrigin. Neuralgia trigeminal sering mengalami remisi sehingga pasien dinasehatkan untuk mengatur dosis obat sesuai dengan frekwensi serangannya. Dalam pedoman AAN-EFNS ( American Academy of Neurology- European Federation of Neurological Society ) telah disimpulkan bahwa: carbamazepin efektif dalam pengendalian nyeri , oxcarbazepin juga efektif, baclofen dan lamotrigin mungkin juga efektif. Studi open label telah melaporkan manfaat terapi obat-obatan anti epilepsi yang lain seperti clonazepam, gabapentin, phenytoin dan valproat.2
Karbamazepine merupakan pengobatan lini pertama dengan dosis pemberian 200-1200 mg/hari dan oxcarbamazepin dengan dosis pemberian 600-1800 mg/hari sesuai dengan pedoman pengobatan. Tingkat keberhasilan dari karbamazepin jauh lebih kuat dibandingkan oxcarbamazepin, namun oxcarbamazepin memiliki profil keamanan yang lebih baik. Sementera pengobatan lini kedua dapat diberikan lamotrgine dengan dosis 400 mg/ hari, baclofenac 40 – 80 mg/hari, dan  pimizoid 4 – 12 mg/hari.2
Selain itu ada juga pilihan pengobatan alternative, yaitu dengan memberikan obat antiepilepsi yang telah dipelajari dalam kontrol kecil dan studi terbuka yang disarankan untuk menggunakan fenitoin, clonazepam, gabapentin, pregabalin, topiramate, levetiracetam, dan valproat.2
b. Terapi Pembedahan
Terapi farmakologik umumnya efektif akan tetapi ada juga pasien yang tidak bereaksi atau timbul efek samping yang tidak diinginkan maka diperlukan terapi pembedahan.2
Beberapa situasi yang mengindikasikan untuk dilakukannya terapi pembedahan yaitu: (1) Ketika pengobatan farmakologik tidak menghasilkan penyembuhan yang berarti, (2) Ketika pasien tidak dapat mentolerir pengobatan dan gejala semakin memburuk, (3) Adanya gambaran kelainan pembuluh darah pada MRI.1
Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah prosedur ganglion gasseri, terapi gamma knife dan dekompresi mikrovaskuler. Pada prosedur perifer dilakukan blok pada nervus trigeminus bagian distal ganglion gasseri yaitu dengan suntikan streptomisin, lidokain, alkohol . Prosedur pada ganglion gasseri ialah rhizotomi melalui foramen ovale dengan radiofrekuensi termoregulasi, suntikan gliserol atau kompresi dengan balon ke dalam kavum Meckel. Terapi gamma knife merupakan terapi radiasi yang difokuskan pada radiks nervus trigeminus di fossa posterior. Dekompresi mikrovaskuler adalah kraniotomi sampai nervus trigeminus difossa posterior dengan tujuan memisahkan pembuluh darah yang menekan nervus trigeminus.

8. PROGNOSIS
Setelah serangan awal, trigeminal neuralgia dapat muncul kembali selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun berikutnya. Setelah itu serangan bisa menjadi lebih sering, lebih mudah dipicu, dan mungkin memerlukan pengobatan jangka panjang. Meskipun neuralgia trigeminal tidak terkait dengan hidup singkat, morbiditas yang terkait dengan nyeri wajah kronis dan berulang dapat dipertimbangkan jika kondisi tidak cukup terkontrol. Kondisi ini dapat berkembang menjadi sindrom nyeri kronis, dan pasien  dapatmenderita depresi dan kehilangan fungsi sehari-hari. Pasien dapat memilih untuk membatasi kegiatan yang memicu rasa sakit, seperti mengunyah, sehingga pasien mungkin kehilangan berat badan dalam keadaan ekstrim.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Halaman

Halaman

MAKALAH CANDIDIASIS ORAL

DEFINISI O.C : Kandidiasis oral merupakan   infeksi oportunistik pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari j...